Selasa, 01 Januari 2019

Hanya Allah yang Bisa Membalasmu

Alhamdulillah, kututup tahun ini dengan sebuah sertifikat menulis. Tulisanku masih jauh dari sempurna, terus belajar dan akhirnya terangkut di Kelas Fiksi ODOP batch 6 merupakan salah satu cara untuk mengasah kemampuan.

Di kelas ini, selalu ditempa dengan berbagai ilmu yang "daging" banget, diakhiri dengan tugas-tugas yang luar biasa sensasinya, terasa sulit saat belum dilaksanakan, membuat ketagihan saat sudah dikerjakan

Harapanku di tahun 2019 semoga aku bisa lebih produktif dan aktif, gak jadi silent reader terus.

Tak lupa kuucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk PJ Kelas Fiksi ODOP Batch 6. Semoga Allah membalas segala kerja keras, kebaikan, dan kemurahan hati kalian, yang telah mengadakan even ini dan mengundang narasumber yang sangat membantuku untuk bertumbuh di dunia literasi.

#ODOP_6
#KelasFiksiOneDayOnePost

Minggu, 02 Desember 2018

Sahabat Sejati


Joni sudah duduk berjam-jam di bangku itu. Pandangannya tampak kosong menatap di kejauhan. Wajahnya tampak lelah, berhari-hari dia hanya duduk menangisi nasib buruknya.  Sekarang rasanya kering sudah airmatanya, tak sanggup lagi dia menangis.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku bangkrut gara-gara penipu itu. Hutangku menumpuk. Kekasihku pergi meninggalkanku, membatalkan rencana pernikahan kami. Semua orang yang aku anggap teman, telah lari menjauh karena aku tidak kaya lagi. Hidupku sudah tak berguna," Joni mengeluh dalam hati.

Tiba-tiba, Joni merasakan bahunya disentuh oleh seseorang. Dia menoleh ke belakang, Bram, sahabat masa kecilnya, sedang tersenyum kepadanya. Senyuman yang paling tulus yang pernah dilihat sejak Joni mengalami kebangkrutan. "Ayo, Jon. Bangkitlah, jangan terpuruk begini. Masih ada aku, sahabatmu, yang akan selalu menemanimu. Lupakan kesedihanmu, mulailah hidup yang baru lagi."

Joni merasa malu. Bertahun-tahun dia merasa mempunyai banyak teman, tapi di saat jatuh ternyata sahabat sejatinya cuma Bram. Seorang sahabat masa kecil yang kekasihnya telah direbut oleh Joni demi kepuasan duniawi belaka.

#kelasfiksiodop
#ODOP_6

Semangat!


"Habis gajian kok masih merengut? Kurang ya? Minta tambah dong sama si bos!"Tia, rekan sekantorku, menjawil pipiku sambil tertawa. Tak ayal aku pun ikut tertawa kecut.

Dasar si Tia, sudah tahu gajiku cuma numpang lewat, masih digodain lagi. Jelas saja aku merengut, lha gaji ini begitu sampai rumah sudah langsung habis untuk bayar aneka tagihan dan keperluan si kecil. Gaji suami pun sama, begitu diterima, sudah habis buat bayar cicilan rumah dan sepeda motor. Kapan bisa hidup enak tanpa mikirin tagihan dan hutang ya?

"Hush, jangan kebanyakan merengut, nanti cepat tua lo. Sekarang bersyukur, yang sabar. Rejeki itu Allah yang atur, tinggal usaha kita aja, sudah maksimal belum menjemput rejeki dariNya," Tia berbicara sambil duduk di depanku.

"Kamu harus bersyukur, biar gaji kecil tapi keluargamu selalu diberi kesehatan. Bayangin kalo kamu seperti si bos. Banyak duit, tapi setiap bulan harus kontrol ke Singapura karena penyakitnya. Hayo, pilih yang mana?"

"Udah ah, senyum, semangat. Malu tuh sama kucing di luar!" Tia tertawa sambil mengangkat tangannya. Aku pun tertawa sambil ikut berseru,"Semangaatt!!"

#kelasfiksiodop
#ODOP_6

Keder


"Katanya mau ngomong sesuatu, kok malah diam?"
"Engg...  Sudah makan, Dik?"
"Kalau mau ngajak makan di luar, telat. Sekarang sudah jam delapan, aku sudah makan malam."
"Engg...  Tadi di kampus pelajarannya apa?"
"Percuma kukasih tahu, Mas Eko memangnya ngerti?"
"Bapak sama ibumu mana, Dik?"
"Ada di kamar, mau aku panggilin?"
"Eh, jangan, Dik. Gak usah. Mas Eko mau pulang, tolong dipamitkan ya nanti?"
"Oke, hati-hati di jalan. Jangan melamun!"

Haduuuhhh....  Gagal lagi mau bilang kalau aku suka sama Kayla. Lihat wajahnya aja aku langsung keder, mana galak begitu. Kayaknya aku harus jadi pawang ular dulu deh, biar nanti berani menghadapi Kayla.

#kelasfiksiodop
#ODOP_6

Pergilah

Hatiku sudah mati, rasanya tak perlu kau memohon lagi. Tak perlulah kau menangis lagi, biarpun sampai tuntas air matamu,
tak kan mampu menghapus sakit hatiku.

Pergi dan hiduplah kau dengannya, kekasih hati yang dulu kucinta. Kuberharap kalian tak pernah muncul lagi, hanya akan membangkitkan luka di hati.

Di atas bukit gersang, matahari menantang, aku berdiri. Berteriak keras bersama deru angin. Kalian pencemar cinta suci, tertawalah di atas deritaku. Biarkan aku sendiri saat ini, mengobati perihnya irisan hati.

Saat senja tiba, aku berikrar. Kelak aku akan bernyanyi. Kesedihan ini hanya cerita lampau, suka berganti dengan nyanyian burung pagi dan mekarnya bunga berseri.

#kelasfiksiodop
#ODOP_6
#tantangan prolis





Selasa, 27 November 2018

Bahagia Hingga Tua


"Pak, coba ke sini. Ada paket dari Sonny," tanganku yang mulai gemetar karena termakan usia mengulurkan sebuah bungkusan ke arah suamiku. Suamiku melipat koran yang sedang dibacanya, bangkit dari duduknya dan perlahan-lahan menghampiriku.

Diterimanya paket tersebut, dan menyobek bungkusnya. Kami kemudian tersenyum bersama setelah mengetahui isinya. Kumpulan foto-foto kami sekeluarga pada saat lebaran kemarin. Suamiku kemudian menggandeng tanganku, kami berjalan menuju teras, dan duduk di kursi.

Kubukai foto-foto tersebut. Sebagian besar adalah hasil jepretan Niken, menantuku. Hasilnya sangat bagus, wanita berhijab nan baik hati ini sangat pandai mengambil momen untuk fotonya. Ada foto saat suamiku dan Sonny, anak kami satu-satunya, sedang bercanda. Sinar mata penuh cinta terlihat jelas di bola mata kedua arjunaku ini. Ada momen di saat aku dan suami sedang bercanda dengan ketiga cucuku, bahagia sekali.

Sebuah foto yang menjadi favoritku ada di situ. Aku sedang tersenyum sambil memandangi suamiku yang membantuku membuat lontong. Aku ingat, tangan-tangannya yang juga mulai gemetar tak lelah mengisi beras ke dalam daun pisang.

Setelah selesai melihat semua foto itu, aku menemukan sepucuk surat di antaranya. Surat dari Niken.
"Bapak dan ibu tersayang, foto-foto ini indah sekali. Saya tidak bosan-bosan melihatnya, apalagi foto di saat ibu sedang tersenyum sambil memandangi bapak yang membuat lontong. Ini foto favorit saya. Foto ini mengingatkan betapa beruntungnya saya mempunyai mertua yang saling mengasihi, dan akhirnya kasih sayang itu diturunkan kepada mas Sonny. Terima kasih karena telah memberikan suasana penuh cinta kasih pada kami sekeluarga. Doakan agar kami tetap saling mengasihi sampai maut memisahkan.
Hormat saya, Niken."

Aku dan suamiku saling bertatapan dan tersenyum. Sambil menggandeng tanganku, dia mengajakku masuk ke dalam rumah. Doa yang sama aku panjatkan untuk kami, semoga kami tetap saling mengasihi sampai maut memisahkan.

#ODOP_6
#onedayonepost
#kelasfiksi

Judi


"Abangmu belum ke sini, Dek?"
"Belum. Mungkin sekalian mau habisin jualannya, Bu. "
"Kita pulang sajalah, ibu capek. Hasil jualan kita selama dua hari di pasar malam ini sudah lumayan kok. Kamu bantuin bapak beres-beres ya? Ibu mau cari abangmu."

Aku mulai mencari anakku yang tertua. Setiap ada kegiatan pasar malam di kampung sekitar,  kami selalu ikut berjualan dan berbagi tugas. Aku berjualan di stand, anak tertuaku berkeliling menjajakan dagangan kami.
"Nah, itu dia." Aku melihat anakku sedang berjongkok di antara kerumunan orang. Di depannya ada sebuah meja yang di atasnya terletak tiga buah mangkok dalam posisi tertelungkup.

Aku segera menghampirinya. "Ayo Bang, kita pulang."
"Sebentar, Bu. Aku lagi main tebak-tebakan. Tadi sudah bayar dua ribu rupiah."
"Mainnya gimana itu, Bang?"
"Tiga buah mangkok itu dipindah-pindahin tempatnya. Terus aku disuruh nebak, mangkok mana yang ada bola bekelnya. Sebelum nebak, aku bayar dua ribu rupiah, Bu. Kalau tebakanku benar, aku dapat tiga ribu rupiah. Tadi aku menang sekali. Terus aku main lagi tiga kali, eh salah. Ini aku mau nyoba yang ke empat kali, Bu."

"Astaghfirullah, Bang. Itu namanya judi. Haram Bang, gak boleh. Kamu menang sekali, tapi kalah tiga kali. Bukannya untung, malah buntung. Judi itu gak bikin kita banyak uang, Nak. Tapi malah bikin sengsara. Ayo pulang, jangan diteruskan lagi. Bisa habis uang jualanmu kalau kamu di sini terus." Aku menarik tangan anakku dan segera berlalu dari tempat itu.

#ODOP_6
#onedayonepost
#kelasfiksi

Sabtu, 24 November 2018

Kekasih Rahasia



"Kau masih mau memaafkanku, Sinta? Walaupun aku telah membuat hatimu terluka karena ulahku?"

"Hati ini sudah menjadi milikmu, Mas. Walaupun berpuluh-puluh luka sudah kau torehkan di atasnya, tapi aku akan tetap memaafkanmu. Engkau adalah kekasihku, cinta sejati dalam hidupku. Aku tidak akan sanggup bila hidup tanpamu."

Sandi menatap Sinta dengan tatapan tidak percaya. Terbuat dari apa hati gadis ini? Betapa tulus cintanya kepadaku sehingga semudah itu dia memaafkanku. Seandainya dia yang menjadi isteriku, dan bukan Dewi, tentu aku akan menjadi lelaki paling beruntung di dunia. Sebenarnya aku berniat untuk menceraikan Dewi dan menikahi Sinta. Tapi belum sempat kuutarakan niat itu, Dewi memberiku kabar gembira. Dia hamil, kami akan segera punya anak. Aku tahu hati Sinta sangat terluka ketika kuberitahukan kabar ini dua minggu yang lalu. Bahwa akhirnya aku tidak mungkin menceraikan Dewi.

Sinta tersenyum, dia seolah mengerti arti tatapan Sandi. "Aku rela menjadi kekasih rahasiamu asalkan kita dapat terus bersama. Bisa bertemu denganmu setiap hari saja aku sudah sangat bahagia. Sekarang pulanglah, rawat isterimu. Aku sudah memasak bubur ayam kesukaanmu. Makanlah bersama-sama dengan isterimu. Dia harus makan yang banyak dan bergizi bukan?" Sinta mengangsurkan rantang berisi bubur ayam ke arah Sandi, dan mengantarnya sampai pintu gerbang.

Setelah Sandi menghilang dari pandangan, Sinta masuk ke dalam kamar, mengambil koper yang sudah disiapkannya, dan memesan taksi online. Tujuannya:bandara. Sambil mengunci pintu rumah, Sinta tersenyum. "Dasar lelaki goblok, kau pikir aku sudi terus-terusan dijadikan pelarianmu? Nikmatilah bubur ayam terakhirmu bersama isteri dan calon anakmu, dan berkumpullah kalian di alam baka."

Taksi online tiba. Sebelum masuk ke dalam mobil, Sinta mencopot kartu SIM gawainya, merusak dan membuangnya ke saluran air. Bersamanya, dibuang juga bungkus bekas racun tikus yang tadi telah dicampurkan ke dalam bubur ayam. Bungkus itu hanyut menuju sungai bersama kotoran lainnya.

#OneDayOnePost
#KelasFiksiODOP_6

Review Novel "Laskar Pelangi"

Kelas ODOP memberikan tugas melakukan review buku fiksi yang dibaca minggu ini. Saya memilih novel "Laskar Pelangi" karangan Andrea Hirata untuk direview, karena saya selama ini hanya menonton filmnya, dan memang belum pernah membaca novelnya.

Novel ini menceritakan persahabatan 10 orang anak dengan latar belakang berasal dari keluarga miskin di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Walaupun begitu mereka selalu semangat belajar di sekolah.

Masing-masing tokoh memiliki karakter yang digambarkan dengan baik dalam novel ini. Ada Lintang, pemuda dengan kecerdasan di atas rata-rata, tapi mengalami nasib yang kurang baik karena harus putus sekolah sebelum sempat lulus SD. Ada Mahar, tokoh yang jenius luar biasa di bidang seni. Dan tokoh lain yang tak kalah kuat karakternya, Ibu Guru Muslimah, seorang guru yang sangat sabar dalam mendidik mereka, serta bapak Kepala Sekolah bernama Harfan  yang tegas dan sabar.

Setting yang digunakan tergambar dengan jelas di novel ini. Bahkan suasana kemiskinan pun jelas terbaca dari kondisi gedung sekolah yang mulai bobrok, masyarakat yang terkesan miskin, dan kesulitan orangtua mereka sebagai buruh penambang timah dan nelayan kecil.

Novel ini mempunyai kelebihan yaitu menggunakan gaya bahasa yang menarik dan nyaman dibaca. Alur cerita mengalir dan dapat membawa emosi pembaca. Saya sempat menangis sewaktu membaca bagian di mana Lintang harus putus sekolah dan berpisah dari teman-temannya karena harus bekerja menghidupi keluarganya setelah kematian bapaknya.

Novel ini memberikan banyak pelajaran yang perlu diteladani. Rajin bekerja, berusaha, semangat kekeluargaan, dan selalu bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh Allah SWT.

#KelasFiksiODOP_6
#OneDayOnePost
#TantanganReviewBukuFiksi

Review Film "Pretty Woman"

Pretty Woman adalah sebuah film di era 1990, yang berkisah mengenai  percintaan antara seorang pengusaha tampan sukses yang bernama Edwar Lewis (Richard Gere) dengan seorang pelacur cantik  yang bernama Vivian (Julia Robert).

Edward Lewis adalah seorang pengusaha sukses yang terkenal berhati besi. Dia tidak pernah berhasil dalam urusan percintaan karena sikapnya yang dingin. Suatu hari dia bertemu dengan Vivi, seorang pelacur jalanan. Tertarik dengan kecantikannya, akhirnya Edward menyewa Vivian untuk mendampinginya selama seminggu dengan bayaran mahal dan tinggal di hotel berbintang dengan pelayanan eksklusif.

Vivian kemudian diubah dari wanita jalanan, menjadi wanita yang modis dan elegan. Tak lama benih-benih cintapun muncul di antara keduanya. Edward menemukan sisi kemanusiaannya sejak bersama dengan Vivian. Film ini berakhir dengan happy ending, di mana Edward menyatakan cintanya kepada Vivian.

Film ini sangat fenomenal di tahun 1990. Kisahnya yang laksana Cinderella sangat disukai oleh semua orang. Julia Robert dan Richard Gere bermain sangat baik di fim ini, ekspresi Vivian yang meluap-luap sangat kontras dibandingkan dengan Edward yang dingin dan terkesan jaim. Di sinilah kekuatan film ini. Setting yang digunakan juga sangat bagus. Apartemen Vivian yang sempit, kamar hotel yang mewah, butik-butik terkenal, hingga pertandingan polo yang megah yang mencerminkan kehidupan kelas atas.

Film ini bertema sederhana, tapi dikemas dalam bentuk cerita yang apik dan didukung oleh pemain-pemain handal, sehingga menjadikannya film yang wajib ditonton di masa itu.

#TugasReviewFilm
#KelasFiksiODOP6
#OneDayOnePost


Jumat, 23 November 2018

Review Cerpen

Judul : Lelaki yang Tubuhnya Habis Dimakan Ikan-ikan Kecil

Pengarang : Mashdar Zainal

Alur : mundur - maju
Setting : Laut

Cerpen ini mengisahkan tentang seorang isteri yang kehilangan suaminya saat sang suami pergi melaut, di mana pada hari itu hanya perahu yang penuh dengan ikan saja yang kembali, sedangkan suaminya tak ditemukan.

Kepada anak lelakinya yang masih kecil, dia mengarang cerita bahwa sang ayah telah mengorbankan dirinya untuk dimakan ikan-ikan kecil, sebagai tanda terima kasihnya karena telah bertahun-tahun membantu perekonomian keluarganya.

Sang anak yang ingin seperti bapaknya, berlatih keras untuk bisa menangkap ikan. Usahanya berhasil, setiap pulang melaut, dia selalu membawa pulang ikan dengan jumlah yang sangat banyak.

Di usia ke tujuh belas, sama seperti bapaknya, sang anak hilang saat melaut. Hanya perahu yang penuh dengan hasil tangkapan saja yang pulang dengan selamat. Beberapa nelayan mengaku melihat anak ini mencelupkan tangannya ke dalan air laut dan ikan-ikan kecil mulai memakani tangannya.

Review :
Cerpen ini sangat enak dibaca, kaya akan diksi dan bahasanya sangat halus. Setting laut dan aktifitas nelayan juga dapat tergambar di sini.

Menurut saya, tokoh ibu dalam cerita sangat bijak. Dia menggambarkan sosok sang bapak sebagai orang yang baik, gigih dan tahu berterima kasih.

Sang anak pun tak kalah hebatnya. Perjuangan untuk menjadi nelayan hebat dilakukannya selama bertahun-tahun, hingga akhirnya dia berakhir menjadi nelayan yang pandai melaut dan mencari ikan.

Pesan moral dari cerpen ini adalah bahwa semua orang bisa menjadi apapun yang dia inginkan asal terus belajar dan berusaha.

Saya kurang paham maksudnya lelaki yang tubuhnya habis dimakan ikan-ikan kecil. Apakah benar si anak menghilang karena mengorbankan dirinya untuk dimakan oleh ikan-ikan kecil? Atau ini hanya kiasan saja? Kalau kiasan, apakah arti yang sebenarnya?


#TugasReviewCerpen
#KelasFiksiODOP6
#OneDayOnePost




Senin, 19 November 2018

Menua Bersama

Awal bersua
Tiada ajunku untuk melangkah bersama
Hanya hasrat untuk duduk berdua
Menelan indahnya swastamita
Senja kesumba sebelum gulita tiba

Sedasa bersama
Hati berkecamuk menolak nista
Pintamu menyentak relung jiwa
Menghapus dosa
Mari kita sehidup sesurga

Kini...
Atma serasa pupus gejolaknya
Kau dan aku sejiwa
Menepis mega
Hingga menua bersama

#ODOP_6
#onedayonepost
#KelasFiksi
#TantanganFiksiBebas

ELSYE

"Astaghfirullah, Elsye. Kenapa sih kalau datang pasti ngagetin? Lama-lama aku bisa mati kena serangan jantung, tau gak?" Aku baru masuk ke dalam kamar tidur, langsung meloncat karena kaget ketika kulihat sesosok wanita telah duduk di atas pembaringanku.

"Kaget? Maaf! Tapi jangan mati dulu, kamu belum selesai membantuku!" Gadis Belanda ini menyeringai ke arahku. Wajahnya semakin tampak mengerikan. Putih, pucat, di lehernya yang berlumuran darah tampak bekas luka gorokan akibat pedang milik tentara Jepang.

Elsye adalah hantu wanita Belanda yang akhir-akhir ini sering mendatangiku. Awalnya aku sangat ketakutan melihat kondisinya yang mengerikan. Tetapi sinar matanya yang mengandung kesedihan membuatku merasa iba. Aku sering melihat hantu, tapi hanya Elsye yang rutin berkomunikasi denganku. Dia memohon agar aku dapat menolong mencari keluarganya, dia ingin berkumpul bersama mereka.

Elsye bercerita sebelum Jepang datang, mereka adalah keluarga yang bahagia. Tahun 1943-1947, saat Jepang mendarat di Indonesia, adalah masa-masa yang paling kelam bagi orang Belanda yang tinggal maupun yang lahir di Hindia Belanda. Ribuan orang Belanda dimasukkan di dalam kamp, kekurangan makan, minum, dan terserang penyakit menular. Tentara Belanda dilucuti, disiksa, dan dibunuh.
Pada masa itu, banyak orang Belanda meninggal di dalam kamp, yang mencoba kabur dari kamp pun akhirnya meninggal ditembak.

Elsye termasuk salah satu tawanan kamp yang mencoba kabur. Di dalam kamp, dia tinggal terpisah dengan keluarganya. Dia berusaha mencari keliling kamp tapi tidak mampu menemukan mereka. Akhirnya dia berniat kabur agar dapat mencari perlindungan, dan mencari keluarganya. Malang tak dapat ditolak, tentara Jepang berhasil menangkapnya kembali. Elsye meninggal dengan cara digorok di depan tawanan kamp yang lain, sebagai peringatan kepada siapapun yang berani kabur.

Elsye meninggal sebagai hantu yang gentayangan. Keinginannya hanya satu, berkumpul lagi dengan keluarganya. Aku hanya sanggup mendoakan semoga dia bisa bertemu dengan keluarganya, entah bagaimana lagi caraku untuk menolongnya.

#ODOP_6
#onedayonepost
#KelasFiksi
#TantanganHistoricalFiction